Perpisahan
Beberapa hari menjelang lebaran kemarin, nak lanang sulung dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Si nang bungsu di titipin eyangnya. Biar nggak ketularan.
Kita deg-degan banget bakal lebaran di rumah sakit. Rasa khawatir, membayangkan tidak bisa lebaran di rumah apalagi mudik.
Beberapa hari di rumah sakit rasanya aneh. Sepi dan kurang hidup. Capek letih kurang tidur menambah rasa kalut di dada.
Dan hari ketiga, tiba-tiba nak sulung bilang pelan:
“Adek mana ya… Aku kangen.”
15 Menit, Pertemuan Singkat
Cerita dari neneknya pun si anak bungsu ini agak lesu, kurang semangat. Hari itu akhirnya kami bawa nang bungsu ke RS.
Mereka pun ketemu. Saling pandang. Peluk pelan.
Ada tawa kecil. Ada rebutan mainan.
Ada saling tunjuk, seolah berkata “Lihat, ini mainan dari om!”
Ada pamer sesuatu, seolah berkata “Lihat, ini bisa naik turun lho kasurnya”
15 menit. Persis Kemudian.
Lucu, hangat, kayak film pendek. Berbicara tidak jelas satu sama lain, tapi saling paham.
Bersama Berantem, Tapi
Begitu 15 menit kemudian. Kacau.
Rebutan remote. Ribut soal siapa duluan main.
Saling salip dan rebut. Saling tunjuk.
Namun aku malah tertawa. Ya ampun, ini tadi kangen banget. Sekarang?
Balik ke mode chaos default.
Tapi entah kenapa… kali ini aku nggak kesel liat mereka berantem. Ketawa-ketiwi aja, melihat tingkat mereka temu kangen.
Mencairkan rasa khawatir kita akan lebaran di rumah sakit. Menghadirkan tawa-tawa dan mengisi ruang sepi.
Rasanya jadi lebih hidup.
Si nang bungsu pulang.
Pas sekali beberapa waktu kemudian dapat kabar H-1 sebelum lebaran bisa pulang dari rumah sakit.
Walaupun gagal mudik lebaran, tapi paling tidak lebarannya tidak di rumah sakit. Bisa bertemu saat lebaran.
Refleksi
Mereka saling ganggu, iya.
Tapi juga saling jaga, dengan cara yang cuma mereka berdua mengerti.
Kangen itu bukan berarti harus manis terus.
Kadang kangen cuma butuh satu pelukan — lalu cukup. Sisanya? Ya ribut lagi.
Dan mungkin…
Itu juga bentuk cinta.
Kangen, peluk, ribut Lagi… ya mereka kangen ribut kali ya
🤝 Mereka nggak selalu akur. Tapi selalu kembali ke titik yang sama: bareng, dan lebih suka bareng.
Tulisan ini bagian dari #Langkah2Asa — dokumentasi kecil tentang tumbuh bersama, satu hari, satu harapan.
