Selisih Satu Setengah Tahun
Kami punya dua anak, lahirnya berdekatan.
Selisih satu setengah tahun saja. Masih bayi, kami sudah gendong bayi lagi.
Awalnya terasa seperti kekacauan.
Tapi sekarang…
kami mulai melihat sesuatu yang pelan-pelan menghangatkan hati.
Kakak yang Berjuang
Anak pertama si nang sulung kami jalannya berbeda.
Motoriknya tertinggal. Butuh waktu lebih lama.
Ada diagnosis ringan: Mild Cerebral Palsy.
Kaki-kakinya agak kaku. Loncatan susah. Kadang frustrasi. Tapi tetap semangat.
Setiap minggu kami temani terapi.
Setiap hari kami tunggu progres kecilnya.
Kadang satu langkah kecil terasa seperti kemenangan besar.
Adik yang Lincah
Lalu lahirlah adik.
Motoriknya luar biasa. Loncat, panjat, guling, lempar.
Energi yang melimpah dan badan yang lentur.
Dan entah bagaimana,
adik menjadi semacam undangan bagi kakaknya:
“Ayo main!”
“Lihat aku bisa, kamu juga pasti bisa…”
Kakaknya ikut merangkak.
Ikut berdiri. Ikut mencoba. Dengan cara sendiri.
Hadiah Tak Terduga
Kami mulai merasa…
adik bukan cuma adik.
Dia seperti teman seperjalanan.
Dikirim bukan hanya untuk menjadi si bungsu. Tapi untuk menemani kakaknya tumbuh.
Adik jadi referensi hidup.
Adik jadi pelengkap puzzle.
Adik jadi semangat tambahan.
Dan kami sebagai orang tua… hanya bisa menyaksikan dengan hati yang penuh syukur.
Refleksi
Kadang kami pikir, kami yang membesarkan mereka.
Tapi hari-hari seperti ini, kami merasa…
mereka yang sedang membesarkan satu sama lain.
Lahir berdekatan, bukan kebetulan.
Mungkin semesta tahu… bahwa satu akan menjadi cahaya bagi yang lain.
Tulisan ini bagian dari #Langkah2Asa dokumentasi kecil tentang tumbuh bersama, satu hari, satu harapan.